Jumat, 09 Oktober 2015

PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR

MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian XIII /tiga belas)
PENGUMPULAN AL-QUR’AN PADA MASA KHALIFAH ABU BAKAR
UNTUK MENJADIKANNYA BERADA DALAM SATU MUSHAF.

 إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ 
Artinya:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Kitab Al-Qur’an. Dan Sesungguhnya Kami yang memeliharanya (Q.S. 15; al-Hijr ayat 9)
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Kitab suci Al-Qur’an dan telah menjamin bahwa kitab itu akan dipelihara-Nya dengan baik sampai hari kiamat nanti. Wujud pemeliharaan itu akan kita lihat, dengan cara, bahwa Allah menciptakan para sahabat yang sangat teliti dan berhati- dalam menghapal, menulis dan mengajarkan Al-Qur’an secara massal atau dikenal dengan mutawatir, yang membuat tidak mungkin Al-Qur’an itu dimasuki oleh kebohongan , pemalsuan dan perobahan. Salah satu buktinya bisa kita lihat dari caramereka mengumpulkan kembali tulisan-tulisan yang terpencar-pencar manjadi sebuah mushaf yang ditulis dengan proses yang sangat ketat dan penuh kehati-hatian.
Ketika nabi Muhammad wafat Al-Qur’an sudah diturunkan secara lengkap, tetapi baru tersimpan dalam hafalan setiap sahabat dan telah ditulis tapi tempatnya masih terpencar-pencar dan disimpan para sahabat di rumah mereka masing-masing serta belum ada Al-qur’an resmi yang utuh dalam satu lembaran atau buku, Dan penulisannya masih berada pada lembaran kulit binatang, atau kulit kayu, Pelepah korma, batu tipis dan sebagainya. kecuali yang ditulis oleh sahabat untuk pribadinya sendiri seperti Mushaf Ali bin Abi Thalib, Mushaf Ubayya bin Ka’ab dan Mushaf Ibnu Mas’ud. Yang belum tentu teruji ketelitian dan kecermatan penulisannya dan masih memuat ayat-ayat yang sudah dimansukhkan (tidak diperlakukan lagi karena sudah diganti dengan ayat lain yang lebih tepat). 
Pada waktu Abu Bakar menjadi Khalifah menggantikan nabi Muhammad, Ia dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar dengan munculnya orang-orang yang enggan membayar zakat, orang-orang yang mengaku sebagai nabi-nabi palsu dan orang-orang yang yang murtad yang mengambil kesempatan dengan meninggalnya nabi. Abu Bakar menyiapkan pasukan untuk menumpas mereka, sehingga terjadilah pertempuran dahsyat yang bernama perang Yamamah pada tahun 12 H, dimana dalam perang tersebut meninggal 70 orang penghapal Al-Qur’an. Kenyataan ini menyebabkan kekhawatiran Umar bin Khattab, kalau peristiwa yang sama terjadi lagi akanmengakibatkan semakin berkurangnya penghapal Al-Qur’an. Dan dia mengusulkan agar Al-Quran itu tetap terpelihara utuh dalam bentuk tulisan dengan cara mengumpulkan tulisan yang terpencar-pencar dari ayat ayat Al-Qur’an dalam satu kesatuan dan ditulis diatas kertas. Sehingga suatu saat bisa menjadi rujukan apa bila tidak ditemukan yang mengapal Al-Qur’an.
Pada mulanya Abu Bakar menolak usulan ini dan merasa keberatan karena hal seperti ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, namun Umar terus mendesak dan membujuknya sehingga terbukalah hati Abu Bakar untuk menerima usulan itu. Kemudian dipanggillah Zaid bin Tsabit untuk diminta membantu menulis ayat-ayat Al-Qur’an itu karena dia adalah penulis wahyu dan hafal Al-Qur’an. Pada mulanya Zaid bin Tsabit juga merasa keberatan untuk melaksanakannya sebagai mana Abu Bakar, sampai sampai ia berkata:”Demi Allah, Sekiranya mereka memintaku untuk memindahkan gunung, rasanya tidak lebih berat bagiku dari pada perintah mengumpulkan Al-Qur-an dalam satu buku dalam bentuk tulisan. Keberatan Abu Bakar dan Zaid bukan dikarenakan tidak sanggup untuk melakukannya tetapi disebabkan rasa tanggung jawab yang besar untuk menjaga kesucian Al-Qur’an dengan tidak mau melakukan hal yang tidak pernah dilakukan oleh nabi, atau dengan kata lain mereka takut kalau-kalau itu termasuk bid’ah. Tetapi setelah bertukar pikiran akhirnya hati Zaid bin Tsabitpun terbuka untuk melaksanakan tugas tersebut dan dibentuklah tim pelaksana penulisan itu yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai penulis, Ubayya bin Ka’ab sebagai pendikte, dengan Ali bin Abi Thalib dan Utsman bin Affan sebagai penyaksi.
Luar biasa, walaupun AlQur’an sudah ditulis dalam satu mushaf . tetapi kitab itu hanya disimpan untuk dokumentasi saja sedangkan penyebaran Al-Qur’an secara massal berkembang dengan cepat melalui hafalan dari generasi ke generasi pada waktu itu. Dan alangkah indahnya kalau kita termasuk orang yang gemar belajar dan banyak menghafal ayat-ayat Al-Qur’ an, lalu mengajarkannya kepada orang lain.
MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian XIV /empat belas)
KETELITIAN DAN KECERMATAN PARA SAHABAT NABI
DALAM MEMELIHARA KESUCIAN DAN KEMULIAAN AL-QUR’AN
Setelah tim penulisan yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Ubayya bin Ka’ab Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib terbentuk maka diumumkanlah kepada para sahabat yang ada menyimpan tulisan ayat ayat Al-Qur’an sirumah mereka masing-masing untuk mengumpulkannya di Masjid dan menyerahkannya kepada tim penulis Al-Qur’an untuk dijadikan rujukan utama dalam penulisan, dengan syarat tulisan itu adalah tulisan yang ditulis dihadapan Rasulullah ketika ayat itu turun dan harus dengan membawa dua orang saksi yang menyaksikan penulisan itu. Hal ini mereka lakukan karena mereka tidak mau menulisnya berdasarkan hafalan semata- mata, walaupun keempat anggota tim adalah penghapal Al-Qur’an, tetapi mereka baru mau menuliskannya kalau ada tulisan aslinya dan sesuai dengan hapalan keempat anggota tim tersebut. Ini menunjukkan betapa tingginya ketelitian mereka dalam menjaga kemurnian isi kitab suci Al-Qur’an, sehingga walaupun merekaberempaqt sudah hapal semua tapi mereka tidak mau menuliskannya kalau tidak sama dengan yang diperintahkan nabi untuk ditulis ketika ayat-ayat itu diturunkan. Mereka tidak mau adanya perobahan antara yang mereka terima dari nabi dengan yang mereka tulis kembali, sehingga tulisan itu benar benar bisa dipertanggung jawabkan berdasarkan apa yang mereka hapal dan merka tulis. Dengan demikian ada jaminan bahwa Ayat-ayat yang diturunkan kepada Rasulullah persis sama dengan yang mereka tulis itu. Maka selamatlah Al-Qur’an itu dari perobahan, panambahan dan pengurangan . jangankan satu surat, satu kalimat atau satu kata saja tidak berobah sampai sekarang. Berjuta- juta kitab Al-Qur’an telah dicetak oleh berbagai percetakan di seluruh dunia, namun isinya tetap sama antara satu dengan lainnya.
Setelah terkumpul maka diperiksa satu persatu dan disusun sesuai dengan urutan yang diajarkan oleh nabi , dimana dia terdiri dari 114 surat yang dimulai dengan surat pertama al-Fatihah dan surat ke 114 adalah surat an-Naas. Setelah diperiksa dengan teliti ada yang tidak mereka temukan yang mereka menghafalnya, yaitu penutup surat 9; At-Taubah ayat 128-129. Lalu mereka menanyakan dan mencari lagi, akhirnya ayat itu didapatkan dari Abu Khuzaimah Al-Anshari. Maka lengkaplah seluruh tulisan yang dibutuhkan, lalau mereka menulisnya pada kertas dengan cara Ubayya bin K’aab yang mendiktekan, Zaid bin Tsabit yang menuliskan serta Usman bin Affan dan Ali bin AbiThalib yang mengamati dan menyaksikan. Kemudian dijilid dengan dijahit. Lalu diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar untuk disimpan. Adapun lamanya penulisan itu membutuhkan waktu satu tahun.
Kita berterima kasih kepada Khalifah Abu Bakar dan para sehabat yang telah mencurahkan tenaga dan perhatian yang besar untuk menuliskan katab suci itu sehingga dari kitab yang satu itu akhirnya kita manemukan Al-Qur’an yang sama isinya di mana saja kita berada, semoga kita biasa mengambil manfaat yang besar, dengan memperbanyak membacanya dan menghapalnya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar