UNTAIAN HIKMAH IBADAH HAJI I
MEMAKAI PAKAIAN IHRAM
Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Ihram adalah keadaan seseorang yang telah beniat untuk melaksanakan ibadah haji dan atau umrah. Mereka yang melakukan ihram disebut dengan istilah tunggal "muhrim" dan jamak "muhrimun". Calon jamaah haji dan umrah harus melaksanakannya di miqat atau batas bagi dimulainya ibadah (batas-batas yang telah ditetapkan). Apabila melintasi miqat, seseorang yang ingin mengerjakan haji perlu mengenakan kain ihram dan memasang niat.
Miqat terdiri dari dua jenis, yaitu miqat zamani dan miqat makani;
Miqat zamani adalah batas yang ditentukan berdasarkan waktu: Bagi haji, miqat bermula pada bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Zulhijah yaitu ketika ibadah haji dilaksanakan. Sedangkan Bagi umrah, miqat zamani adalah sepanjang tahun pada waktu akan melaksanakan umrah.
Miqat makani adalah batas yang ditentukan berdasarkan tempat:
Bagi mereka yang tinggal di Mekah, tempat untuk ihram haji adalah Makkah itu sendiri (rumah sendiri). Untuk umrah ialah keluar dari tanah haram Makkah yaitu sebaiknya di Ji'ranah, Tan'eim atau Hudaibiyah.Bagi mereka yang datang dari sebelah timur seperti Indonesia, Malaysia, Singapura dan kebanyakan negara Asia lain, tempatnya adalah di Yalamlam atau Jeddah
Bagi yang datang dari barat seperti Mesir, miqatnya di Juhfah.
Bagi yang datang dari selatan seperti Yaman, tempat untuk berihram adalah Qarnul Manazil.
Bagi yang datang dari Madinah, tempatnya di Dzulhulaifah Bir Ali.
Bagi yang datang dari bahagian Iraq pula adalah di Dzatu 'Irq .
Pakaian ihram bagi laki-laki adalah 2 lembar kain yang tidak berjahit yang dipakai untuk bagian bawah menutup aurat, dan kain satunya lagi diselendangkan. Sedangkan pakaian ihram wanita adalah menutup semua badannya kecuali muka dan telapak tangan (seperti pakaian ketika sholat). Warna pakaian ihram disunatkan putih.
Diharamkan bagi orang yang sedang berihram melakukan perbuatan tertentu seperti memakai pakaian berjahit, menutup kepala (bagi lelaki) dan muka (bagi perempuan), bersetubuh, menikah, melontarkan ucapan kotor, membunuh binatang dan tumbuhan, memotong rambut/ kuku, dan lain-lain.
Dimulai dari niat yang suci, sebelum memasuki rumah suci, dipakailah pakaian ihram yang putih suci, lalu bergabung bersama lautan manusia, maka terjadilah saling mengenal, karena iman yang sama semua saling menyukai, saling menukar pengalaman, saling berbagi pengetahuan saling melihat perbedaan kebudayaan. Walaupun berbeda bahasa, warna kulit dan fostur tubuh, Namun alangkah indahnya, mereka sama sama memakai pakaian ihram yang sama, kain putih yang tak berjahit. Sang jendral tak lagi memakai bintangnya, baik kaya atau miskin model pakaiannya tak berbeda. Dan Subhaanallah…Semuanya asik bertakbir hanya membesarkan Allah, mamuji dan mensucikan-Nya, dan hanya mengesakan-Nya seesa-esanya. Tak ada lagi istilah pangkat dan Jabatan, tak terlihat lagi harta dan kemewahan, tinggallah sanak dan saudara, tinggallah karib dan keranat, tinggallah sawah serta ladang, tinggallah tepian tempat mandi, tinggallah semua kesibukan. Yang ada hanya ingin sepenuhnya menghadap Allah di Rumah-Nya hati larut besama Allah. Hanya Engkau segalanya bagiku HASBIYALLAAHU WANI’MAL WAKIIL WANI’MAL MAULAA WANI’MANNASHIIR. Cukuplah Allah bagiku, sebaik baik Teman pelindungku sebaik baik Pemimpin dan Pembimbing hidupku dan sebaik baik Penolongku. Dan tiba tiba dari lubuk hati yang yang paling dalam dengan segenap ketulusan meluncurlah pernyataan yang tak bisa lagi ditahahan: “Ya Allah! ini aku datang memenuhi panggilan-Mu. Ya Allah aku sudah berada di rumah-Mu. Aku tidak pernah menduakan. Segala bentuk pujian kupersembahkan hanya pada-Mu karena nikmat apapun hanya bersumber dari-Mu. Seluruh kerajaan berada dalam genggaman-Mu. Sekali lagi kunyatakan ini aku ya Allah datang untuk-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. LABBAIKA ALLAHUMMA LAKA LABBAIK LABBAUJA LA SYARIIKA LAKA LABBAIK. INNAL HAMDA WANNI’MATA LAKA WALMULK LAA SYARIIKA LAK. udah ya dak tahan lagi air matanya.
UNTAIAN HIKMAH IBADAH HAJI II (dua)
WUQUF DI ARAFAH
Ya Allah. Tuhan yang maha indah. tiada rasanya yang lebih indah dari hati yang tergugah, membuat cinta merekah, saat berkumpul di Arafah, sambil memandang Jabal rahmah, berangkat ke Muzdalifah, dan bermalam di Mina, lalu melontar tiga Jumrah. Kemudiat tawaf keliling ka’bah, sa’i antara Safa dan Marwah, berada di rumah Allah, pipipun basah karena air mata tercurah.
Arafah sejak dahulu dikenal sebagai tempat beribadah para nabi. Dan Allah menetapkannya sebagai tempat wuquf yang menjadi rukun utama bagi ummat Islam yang melaksanakan ibadah haji, dan itulah membedakannya dengan ibadah umrah. Pada saat wuquf itulah Allah memberikan kesempatan kepada para tamu yang telah memenuhi undangannya untuk memohan ampunan sekaligus memanjatkan do’a yang tentu saja pasti akan dikabulkan-Nya. Sebagaimana Rasulullah telah bersaba:’Do’a yang paling afdhal adalah do’a orang yang sedang wuquf di Arafah,sementara paling afdhal bacaan yang dibaca oleh para nabi sebelum aku yang dibaca pada siang hari arafah adalah,”Tidak ada Tuhan selain Allah, Dialah Tuhan satu-satunya, Dia tidak bersekutu, hanya milik-Nyalah kerajaan, dan hanya milik-Nya segala pujian, Dia yang Menghidupkan, Dia pula yang Mematikan, Dia Maha Hidup dan tidak akan mati, ditangan-Nya segala kebaikan, Dan Dia atas segala sesuatu Maha Mampu.”
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib RA, bahwa Nabi SAW. bersabda: ”Sesungguhnya do’a yang sering Aku dan para nabi membacanya pada siang hari Arafah adalah,: Tidak ada Tuhan selain Allah. Dialah Tuhan satu-satunya, Dia tidak bersekutu, hanya milik-Nyalah kerajaan, dan hanya milik-Nya segala pujian, Dia yang Menghidupkan, Dia pula yang Mematikan, Dan Dia atas segala sesuatu Maha Mampu, Ya Allah jadikanlah cahaya di hatiku, jadikanlah cahaya di pendengaranku, jadikanlah cahaya di penglihatanku, Ya Allah lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah urusanku, Aku berlindung kepada-Mu dari bisikan dan keraguan hati, dan dari keburukan urusan dan fithnah kubur. Ya Allah, sesungguhnya Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang dibawa oleh malam dan dihembuskan oleh angin.”
Dan ketika berjalan menuju arafah disunnahkan membaca do’a:”Ya Allah, kepada-Mulah aku menghadap, hanya kepada-Mulah aku bertawakkal, hanya Engkaulah yang aku inginkan, ampunilah dosa-dosaku, jadikanlah ibadah hajiku haji yang mabrur, kasihilah aku dan jangan Engkau kecewakan, berkahilah perjalananku, tunaikanlah di Arafah kebutuhanku, sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu Maha Mampu.”
Ketika wuquf di Arafah, terasalah betapa kecilnya diri kita berhadapan dengan kemaha besaran Allah maka lidahpun tidak putus-putusnya berzikir dengan tasbih, takbir tahlil dan tahmid. Kitapun akan tercenung karena seolah-olah kita berada di Padang mahsyar yang dihadiri oleh lautan manusia yang diperlakukan sama dan tidak membedakan warna kulit dan tutur bahasa, dan tidak melihat bentuk tubuh dan penampilan , yang paling berbahagia ketika itu adalah orang yang datang dengan jiwa taqwa, yang dengan hati yang suci membawa amal shaleh yang sempat dilakukan di dunia. Pada waktu itu manusia tidak perduli lagi dengan anak dan isteri, dan tidak mau tahu dengan karib dan kerabat Sanak dan saudarapun tak bisa membantu, pangkat dan jabatan tak dapat menyelamatkan, harta dan benda sudah jauh ditinggalkan, badan yang kuat malah menjadi beban.
Pada saat itu kita dibangkit dari kubur, mizan ditegakkan, hisab dilakukan, shiratal mustaqim dibentangkan, Dan setiap manusia akan menerima putusan yang tidak dapat diganggu gugat, kalau tidak jadi penghuni surga tentu akan menjadi penghuni neraka.
Nanti di padang mahsyar, pengadilan akan digelar, banyak manusia yang tergelepar, dibawah panas terik membakar, karena dosa yang pernah disebar manusia akan berjalan tertatih tatih, melangkah terseok-seok dengan nafas yang tersengal sengal, karena memikul beban dosa, menjerit terbirit birit, kerena semua serba sulit, melolonglolong mita tolong, tak ada yang boleh menolong, mendayu-dayu merayu, bagai disayat sembilu, tak ada yang mau tahu. Sanak dan saudara yang diharapkan membantu, malah mencelakakan, pangkat dan jabatan yang diharapkan menyelamatkan, malah membinasakan harta dan benda sudah jauh ditinggalkan, badan yang kuat malah menjadi beban yang menyengsarakan. Maka terbuktilah ketika itu bahwa kesenangan dunia menipu, siangnya penuh mainan dan sandiwara, malamnya melalaikan, keindahan dan hiasannya bagai mimpi belaka, yang terasa amat sebentar ketika kita sudah melewatinya.
UNTAIAN HIKMAH IBADAH HAJI III (tiga)
MELONTAR JUMRAH
Dalam rangkaian manasik haji, kita di wajibkan untuk melempar jumrah mengikuti sunnah nenek moyang kita, Nabi Ibrahim AS. Sebagai simbol perlawanan dan permusuhan kita kepada syetan, karena Nabi Ibrahim AS melempari syetan yang menghalang-halanginya untuk menyemblih anaknya Ismail AS sebagai korban yang diperintahkan oleh Allah. “Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu, maka aggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Qs. 35; Fathir ayat 6). Ketika kita melempar tiang-tiang dalam jumrah, sesungguhnya terkandung di dalamnya kemarahan dan penghinaan kita kepada setan.
pada tanggal 10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Melontar jumrah sedikitnya dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut yaitu pada tanggal 10, 11 dan 12 dzulhijah. Ada tiga tugu jumrah yang harus dilontar masing-masing 7 kali lontaran dengan kerikil kecil yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Pada tanggal 10 dzulhijah yang juga merupakan hari Raya Qurban, jamaah haji cukup melontar satu tugu jumrah saja yaitu jumrah ketiga yang disebut Jumrah Aqobah dengan tujuh kali lontaran. Setelah melontar jumrah dan bercukur; jamaah sudah terbebas dari beberapa larangan Ihram. Jamaah sudah boleh menanggalkan pakaian Ihramnya dan menggantinya dengan pakaian biasa, sudah boleh pula memakai wewangian. Setelah itu jamaah wajib bermalam di Mina.
Setelah bermalam di Mina, esok harinya tanggal 11 dzulhijah jamaah wajib melontar jumrah. Kali ini jamaah wajib melontar 3 tugu jumrah, yaitu jumrah ula’, jumrah wustha, dan jumrah aqobah masing-masing dengan tujuh kali lontaran. Setelah itu kembali jamaah wajib bermalam di Mina. Pada tanggal 12 dzulhijah yang merupakan hari ketiga jamaah haji berada di Mina. Jamaah kembali wajib melontar tiga jumrah. Jumrah ula’, wustha dan aqobah masing-masing tujuh lontaran. Setelah melontar pada tanggal 12 dzulhijah ini jamaah sudah boleh meninggalkan Mina. Kemudian jamaah melaksakan towaf Ifadhoh. Maka selesailah pelaksanaan haji seseorang.
Melontar jumrah berkali-kali, mengingatkan kita bahwa syetan tak akan pernah berhenti dalam menyesatkan manusia. Syetan adalah musuh bebuyutan manusia yang api dendamnya selalu membara untuk membunuh keyakinan dan menghancurkan kebenaran, ia akan datang dari depan dan belakang, dari kiri dan kanan, dan kalau perlu memasuki aliran darah manusia, ia akan menggoda melalui anak dan isteri kita, merayu melalui harta dan benda, memperdaya melalui pangkat dan jabatan, merongrong keyakinan kita sehingga tidak sedikit yang terjerumus ke dalam aliran sesat, sedikit saja lengah kita kan masuk kedalam perangkapnya dan akan amat sulit untuk melepaskan diri dari cengkeramannya.
Kesesatan adalah dagangan syetan yang dijajakan kepada para pengikutnya, sehingga kesesatan itu dianggapnya sebagai kebenaran atau hal yang indah, bahkan bisa menghantam kebenaran dengan kata-kata yang dicanggih-canggihkan. Dengan merasa bahwa pendapatnya yang sesat itu menjadi pendapat yang paling benar. Dan menolak kebenaran dan menganggap bodoh orang yang menganggap mereka sesat. Akibatnya Banyak orang yang tersesat dalam perbuatan laknat, tidak mau mensyukuri nikmat, bergelimang dengan dosa dan maksiat, sepanjang hayat malas beribadat, kepada sahabat suka khianat, tertipu oleh godaan setan yang laknat, yang menggoda melalui harta dan pangkat, melalui dalih tirakat. Dan ada pula yang menjadi penyelamat dan pengikut aliran sesat.
Allah berfirman dalam surat 27; An-Namal ayat 24: yang artinya:
"Dan syetan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan Allah yang benar, sehingga mereka keluar dari jalur petunjuk"
Ya Allah Tuhan yang maha indah. tiada rasanya yang lebih indah dari hati yang tergugah, membuat cinta merekah, saat berkumpul di Arafah, sambill memandang Jabal rahmah, berangkat ke Muzdalifah, dan bermalam di Mina, lalu melontar tiga Jumrah. Kemudian tawaf keliling ka’bah, sa’i antara Safa dan Marwah, berada di rumah Allah, pipipun basah karena air mata tercurah.
UNTAIAN HIKMAH IBADAH HAJI V(lima)
SA’I ANTARA SAFA DAN MARWAH
Ya Allah Tuhan yang maha indah. tiada rasanya yang lebih indah dari hati yang tergugah, membuat cinta merekah, saat sa’i antara Safa dan Marwah, berada di rumah Allah, pipipun basah karena air mata tercurah.
Sa’i antara Shafa dan Marwa adalah sebagai isyarat bahwa manusia tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah dalam berusaha mencari rezeki, akan tetapi dari mana rezeki itu akan mendatangi kita, kapan bertambah dan berkurangnya, atau akan musnah dengan tiba-tiba, itu semua berada dalam genggaman dan kebijaksanaan Allah yang maha Menentukan dan maha Menjamin rezki seluruh makhluk yang diciptakan-Nya. Perhatikan dan renungkanlah betapa susahnya Hajar, Ibunya Nabi Isma’il yang dalam kondisi yang amat lemah, karena kasih sayang kepada buah hatinya, bayi Isma’il yang tak berhenti menangis karena kehausan, sementara air susunya sudah kering, disebabkan bekal yang ditinggalkan oleh suami tercinta sudah habis. Maka dengan sisa tenaganya dia memaksakan dirinya berlari lari lari kecil, antara harapan yang luar biasa untuk menemukan air, dengan kecemasan yang tak terkatakan karena takut kehilangan anak. Allah maha Pemurah, walaupun air yang dicarinya tidak ditemukan di Shafa dan tidak pula di Marwa, tetapi air itu dilimpah ruahkan Allah persis di dekat anak yang ditinggalkannya. Yang sekarang terkenal dengan sumur Zamzam.
Sa’i ialah berjalan ( berlari-lari kecil) dari buki Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya ( yang berjarak sekitar 405 meter), sebanyak tujuh kali yang berakhir di bukit Marwah sebagai salah satu rukun haji dan umrah. Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali.
Pada mulanya, hendaknya sa’I dimulai dengan langkah-langkah biasa, sampai dekat dengan tanda pertama berwarna hijau, kira-kira sejauh enam hasta. Dari tempat itu, hendaknya jamaah haji mempercepat langkah atau berlari-lari kecil sehingga sampai di tanda hijau yang kedua, kemudian dari sana berjalan kembali dengan langkah-langkah biasa.
Apabila telah sampai di bukit Marwah, hendaknya menaiki bukit Marwah seperti yang dilakukan ketika di bukit Safa. Setelah itu menghadap ke arah Shafa dan berdoa seperti sebelumnya. Dengan demikian, jamaah haji telah selesai melakukan satu kali lintasan sa’i. jika telah kembali lagi ke bukit Shafa, maka dihitung dua kali. Begitulah selanjutnya sampai tujuh kali lintasan.
bolak-baliknya jamaah haji antara bukit Shafa dan Marwah di halaman Ka’bah, menyerupai perbuatan seorang hamba yang berjalan pulang pergi secara berulang-ulang di halaman rumah sang Raja. Hal itu dilakukannya demi menunjukkan kesetiaannya dalam berkhidmat, seraya mengharap agar dirinya memperoleh perhatian yang disertai kasih sayang.
UNTAIAN HIKMAH IBADAH HAJI VI (enam)
TAHALLUL (MENCUKUR / MEMOTONG RAMBUT)
Bercukur adalah pemastian bahwa masa berihram telah berakhir, dan dilakukan sebelum Tawaf wada’, hikmahnya adalah bahwa seorang yang hendak pulang dari ibadah haji sewajarnya berpamitan dengan Baitullah dalam keadaan bersih dan menanggalkan rambut yang acak-acakan. Karena seorang hamba yang akan meninggalkan rumah Tuhannya sewajarnyalah dalam keadaan rapi dan bersih yang amat mempengaruhi suasana hati. Mencukur rambut hanya diperintahkan kepada haji laki-laki saja dan tidak dianjurkan kepada haji wanita sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW bersabda:”Wanita tidak diwajibkan menggunduli rambutnya, mereka hanya disuruh memendekkan rambutnya saja (seukuran ujung jari)”.
Dengan mencukur rambut, hilanglah segala kesombongan dan keangkuhan yang senantiasa ingin menguasai hati manusia melalui kekayaan, kekuatan, kecantikan dan ketampanan, serta berbagai macam kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada kita sebagai ujian hidup, iapun akan melahirkan kesadaran bahwa di hadapan Allah manusia harus senantiasa ruku’, sujud dan merendahkan diri dengan hati yang khusyu’ dan jiwa yang tawadhu’.
Semoga dengan rontoknya rambut di kepala para jamaah umroh dan haji ketika ia bertahallul, maka rontok juga segala keangkuhan dan kesombongannya yang akan menjadikannya haji yang tawadlu’ dan rendah diri.
Tahallul atau bercukur adalah salah satu ritual umroh dan haji yang sangat penting dan tidak boleh ditinggalkan, terutama dalam Madzhab Syafi’i. Meski bercukur atau memotong sebagian rambut ini terkesan remeh, namun jika ditinggalkan akan membuat ibadah umroh dan haji tidak sah. Jika demikian, itu artinya diwajibkan untuk mengulang kembali ibadah tersebut pada waktu yang lain atau tahun berikutnya
Menurut bahasa Tahallul berarti ‘menjadi boleh’ atau ‘dihalalkan’. Dengan demikian Tahallul ialah diperbolehkan, halal, keluar atau membebaskan diri dari seluruh larangan atau pantangan selama Ihram. Prakteknya adalah dengan mencukur sebagian atau seluruh rambut di kepala atau menggunting sekurang-kurangnya tiga helai rambut, khususnya bagi wanita.
Bergunting atau bercukur hanya sekali saja untuk ibadah haji dan sekali saja bagi satu ibadah umroh. Larangan yang dikenakan sebelum itu yaitu ketika ihram kini sudah halal untuk dilakukan. Hal ini juga berarti menamatkan amalan haji atau umrah untuk keluar dari larangan ihram.
Pelaksanaan Tahallul bagi jamaah umroh adalah setelah jamaah umroh selesai melakukan Sai setelah Thawaf. Jadi begitu selesai Sai atau berjalan tujuh kali dari bukit Shofa ke bukit Marwah, maka jamaah Umroh langsung melakukan Tahallul.
Pelaksanaan Tahallul jamaah Umroh tentu saja selalu dilakukan di bukit Marwah. Untuk jamaah umroh wanita, cukup dengan mengunting atau memaotong tiga helai rambutnya. Sementara bagi jamaah laki-laki disunnahkah untuk menggundulnya secara plontos. Jamaah wanita tentu saja dipotong oleh jamaah wanita lain yang sudah bertahallul, atau oleh sumainya. Haram dipotong oleh laki-laki lain yang bukan muhrimnya. Dan harus tetap menjaga auratnya selama pelaksanaan tahallul jangan sampai terlihat oleh orang lain yang bukan muhrim. Jadi bagi jamaah umroh wanita saat melakukan tahhalul memang perlu hari-hati.
Pelaksanaan cukup gundul bagi jamaah laki-laki tentu saja tidak dilakukan di bukit Marwah. Namun di luar Masjidil Haram. Biasanya setelah kita keluar dari pintu Masjidil Haram yang dekat dengan bukit Marwah banyak tukang cukur disana. Jamaah laki-laki bisa minta dicukur gundul dengan biaya sekitar 10-20 Real.
Khusus bagi jamaah laki-laki yang sudah memiliki niat untuk badal umroh, baik untuk orang tua dan keluarga yang sudah tiada, atau sudah tua atau sedang jatuh sakit dan tidak memungkinkan berangkat ke Baitullah maka pada saat tahallul pada umroh pertama ini tentu jangan dicukur gundul. Nanti setlah pelaksanaan badal umroh selesai maka silakan tahallul dengan cukur gundul.
Mengapa cukur gundul? Karena Rasulullah Muhammad SAW mendoakan 1 kali bagi jamaah umroh dan haji yang tahallul dengan tidak mencukur gundul. Sedang bagi jamaah umroh dan haji yang bertahallul dengan cukur gundul Rasulullah Muhammad SAW mendoakan sebanyak 3 kali.
Ada 2 Jenis Tatacara dan Makna Tahallul Dalam Haji
Pertama, Tahallul awal dalam rangkaian ibadah haji adalah melepaskan diri dari larangan Ihram, setelah melakukan dua di antara tiga perbuatan berikut :
• 1. Melontar Jamratul Aqabah dan bercukur.
• 2. Melontar Jamratul Aqabah dan Tawaf Ifadah,
• 3. Tawaf Ifadah, Sai dan bercukur.
Tatacaranya yaitu dengan bercukur atau menggunting rambut yang dilakukan lebih awal ketika sudah sampai di Mina setelah mabit dari Muzdalifah pada 10 Zulhijjah, yang dilanjutkan dengan melontar Jumratul Aqabah. Begitu jamaah haji sudah melakukan tahallul awal maka ia sudah boleh melepas ikhomnya dan dihalalkan bagi jemaah haji melakukan segala larangan ihram, kecuali hubungan suami isteri dan melakukan akad nikah. Untuk jamaah haji Indonesia kebanyakan melaksanakan Tahallul awal ini dengan cara ini.
Namun ada juga sebagian jamaah haji Indonesia yang melakukan dengan cara kedua dan ketiga. Cara ini memang lebih berat karena jamaah haji harus berangkat ke Mekkah. Sementara kendaraan dari Mina ke Mekkah agak sulit, macet total. Kesulitan kedua, setelah selesai Tahallul di Masjidil Haram, jamaah juga harus segera kembali ke Mina lagi untuk melakukan mabit atau menginap dan melontah jumroh tanggal 11, 12 dan 13 Dzuhijjah. Jamaah haji harus sudah sampai di Mina sebelum matahari tenggelam. Sebab apabila sampai di Mina setelah matahari tenggelam maka wajib membayar dam. Jadi dalam sehari tersebut jamaah harus bolak – balik Mina – Mekkah – Mina. Kelebihan yang diperoleh adalah jamaah haji bisa melaksanakan sholat Ied Adha di Masjidil Haram.
Kedua, Tahallul thani atau qubro atau tahallul akhir dalam rangkaian ibadah haji adalah melepaskan diri dari keadaan Ihram setelah melakukan secara lengkap ketiga-tiga ibadah berikut:
• 1. Melontar Jamratul Aqabah.
• 2. Bercukur dan Tawaf Ifadah,
• 3. Sai
Tahallul Thani ini dilakukan para jemaah haji setelah melakukan thawaf dan sai haji, sekembalinya ke Makkah setelah selesai wukuf di Arofah. Yaitu setelah melakukan semua rukun haji termasuk satu wajib haji yaitu melontar Jamratul Aqabah, walaupun belum melontar tiga jamrah dan bermalam di Mina, maka halal semua larangan ihram.
Dengan diwajibkannya bercukur dalam rangkaian ibadah umroh dan haji, Allah SWT sebenarnya sedang mengajarkan bahwa manusia tetaplah manusia. Ia harus sadar bahwa selamanya dirinya adalah hamba Allah SWT. Manusia harus bersikap khusyuk, tawadhu’ (rendah hati), dan khudhu’. Tiga sikap itu akan mengantarkan mereka menjadi makhluk yang dicintai oleh Allah SWT.
UNTAIAN HIKMAH IBADAH HAJI VII(tujuh)
DO’A UNTUK YANG BERANGKAT HAJI
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh!
Mohon maaf pada ninik mamak, dan seluruh para dunsanak, mari do’a ini sama kita sima’, kito aminkan dengan serentak. supaya rezki kita batambah banyak, dan makan kito batambah lamak, hati kito batambah lunak, badan sehat pikiran dak samak, hidup rukun baranak pinak, tajauh dari nan indak indak. kalau ado kato nan salah latak, maaf jo rela nan ambo mintak.
Ya Allah, yang telah memberikan perintah, untuk melaksanakan haji dan umrah, Tuhan yang maha Pemurah, pencurah anugrah dan rahmah, pemberi hidayah dan ma’unah, Pembuka magfirah yang bawa berkah, segala titah-Mu mengandung hikmah.
Ya Allah Tuhan yang maha indah. tiada rasanya yang lebih indah dari hati yang tergugah, membuat cinta merekah, saat berkumpul di Arafah, sambil memandang Jabal rahmah, berangkat ke Muzdalifah, dan bermalam di Mina, lalu melontar tiga Jumrah. Kemudiat tawaf keliling ka’bah, sa’i antara Safa dan Marwah, berada di rumah Allah, pipipun basah karena air mata tercurah.
Ya Alah, Tuhan yang Maha Menguasai timur dan barat, orang yang kami cintai akan melakukan perjalanan untuk menghadap di rumahmu yang suci. Dengan berbekal hati suci, membawa pakaian yang suci, agar dosa dosanya engkau cuci. Mudahkanlah perjalanannya sejak dari kepergiannya hingga bisa berkumpul kembali dengan keluarga besarnya. Temanilah perjalanannya dengan redha-Mu. Jagalah harta yang ditinggalkannya, peliharalah keluarganya sepeninggalnya. Mudahkanlah segala urusannya, kuatkanlah dia dalam melaksanakan wajib haji serta rukun dan sunnahnya, ringankanlah beban bebannya, berilah dia haji yang mabrur, dan sempurnakanlah keislamannya sampai kelak dia menutup mata untuk menghadap-Mu. Dan bagi kami yang belum sempat melaksanakan ibadah haji ini bukalah pintu yang selebar lebarnya kepada kami, hingga kami dapat melaksanakan haji sebelum kami meninggalkan dunia ini buat selama lamanya.
M A A S Y A A L L A H.
Mengapa Allah menjadikan air mata rasanya Asin ?, karena untuk menjaga mata, sebab mata sifatnya sensitif dan mudah rusak dan karena Asin sifatnya adalah Menjaga.
Mengapa Allah menjadikan air liur tawar, agar kita dapat merasai dan membedakan apa yang kita rasa ketika makan dan minum, kalaulah air liur sudah mempunyai rasa sudah tentu tidak normal.
Mengapa Allah menjadikan air telinga pahit adalah untuk membunuh kuman dan serangga kecil yang memasuki telinga, Coba banyangkan jika ia manis sudah pasti di masuki semut waktu kita tidur.
#Barakallahu fiikum.
Gema takbir dengan semarak berkumandang
Kita lantunkan dengan khusyu’ yang riang
Jutaan manusia memenuhi panggilan Rab-nya
Berebut syorga indah yang menjadi imbalannya
Kita rayakan idul adha dengan hati bersih dan indah
Dengan harapan semoga do’a-do’a kita dapat diijabah
Dengan Qurban kita lestarikan semangat berbagi.
semoga melahirkan damai di dalam hati
Menuju damai di seluruh belahan bumi.
Semoga Iman kita dipenuhi oleh kesabaran
setegar Ismail yang jadi simbol sembelihan
Setulus Ibrahim yang penuh dengan kerelaan.
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. 3; Ali Imran ayat 96-97)."
INTROSPEKSI DIRI : "MEMAHAMI KEADILAN TUHAN"
Ketika Nabi Musa as. bermunajat di bukit Thursina , ia berdoa ;
"Ya Allah ...Engkau Maha Adil, tunjukkanlah keadilanMu ... "
Allah pun menjawab ;
" Hai Musa ... Jika Aku menampakkan keadilanKu padamu , engkau tidak akan sabar dan tergesa gesa menyalahkanKu."
Lalu Musa menjawab :
"Dengan taufikMu, aku akan sabar menerima dan menyaksikan keadilanMu . "
Allah megijabah permintaan Musa, kemudian berfirman :
"Pergilah engkau ke sebuah mata air, bersembunyilah di dekatnya dan saksikan apa yang akan terjadi... "
Musa pun pergi ke mata air yang di maksud. Tak lama kemudian, datanglah seorang penunggang kuda, lalu turun untuk minum air. Saat itu si penunggang kuda sedang membawa sekantong uang. Dengan tergesa gesa, ia pergi sehingga lupa membawa kantong uangnya.
Tak lama kemudian, datanglah seorang anak kecil untuk mengambil air. Ia melihat kantong itu lalu bocah itu mengambilnya dan terus pergi. Setelah anak itu pergi , datanglah seorang kakek buta. Si kakek buta mengambil air untuk wudhu dan beribadah. Selesai beribadah datanglah penunggang kuda tadi yang bermaksud mengambil kantong uangnya, namun ia hanya menemukan Si kakek buta yang sedang berdiri mau beranjak pergi.
"Wahai kakek tua...kamu pasti mengambil kantongku yang berisi uang ?" bentak si penunggang kuda.
Kagetlah si kakek, lalu berkata :
"Bagaimana saya bisa mengambil kantong mu, sementara saya ini buta! "
"Jangan dusta kamu!" bentak si penunggang kuda.
Setelah bersitegang, kakek itu pun dibunuhnya. Kemudian penunggang pun menggeleda baju si kakek, namun tidak menemukan apa apa.
Saat melihat kejadian tersebut Nabi Musa protes kepada Allah :
"Ya Allah... hamba sungguh tidak sabar melihat kejadian ini. Namun hamba yakin Engkau Maha Adil. Mengapa ini bisa terjadi ?"
Lalu Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menjelaskan :
"Wahai Musa, Allah Maha Mengetahui hal hal ghaib yang tidak engkau ketahui. Anak kecil itu sebenarnya mengambil haknya sendiri . Dahulu ayahnya pernah bekerja pada si penunggang kuda, tetapi jerih payahnya tidak dibayarkan. Jumlah yang harus dibayarkan sama persis dengan yang diambil anak itu. Sementara kakek buta adalah orang yang membunuh ayah anak kecil itu, sebelum ia mengalami kebutaan."
(Dinukil dari buku Nasihat AlGhazali Bagi Penguasa)
Betapa pentingnya kita mengenal (ma'rifah) kepada Allah, agar hati kita selalu berprasangka baik padaNya. Sering karena keterbatasan, manusia tidak mampu membaca keadilan Allah secara tepat. Manusia menganggap Allah tidak adil karena keputusanNya dinilai merugikannya.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu" ( Qs,2:216 ) .
Allah Maha Adil dan memberikan sesuatu kepada manusia dengan jalan terbaik menurut perhitunganNya, bukan menurut nafsu atau kepentingan kita .
Jadi tidak ada satu pun ketentuan Allah yang gagal dan buruk. Namun kitalah yang belum mengerti Hakikat kejadian tersebut.
Subhanallah, Maha kuasa dan maha suci Allah dengan segala perbuatanNya. Salam, selamat malam
Menuntut ilmu karena
Allah adalah bukti ketundukan kepada-Nya.
Mempelajarinya dari seorang Guru adalah Ibadah.
Melangkah menuju majlisnya adalah pembuka jalan Sorga.
Duduk di tengah kajiannya adalah taman Firdaus.
Membahasnya adalah bagian dari Jihad.
Mengajarkannya adalah Tasbih.
Menyampaikannya kepada orang yang tidak tahu adalah Shadaqah.
Mencurahkannya kepada orang yang berhak menerimanya adalah Qurban
( Mu’adz bin Jabal RA )
Mempelajarinya dari seorang Guru adalah Ibadah.
Melangkah menuju majlisnya adalah pembuka jalan Sorga.
Duduk di tengah kajiannya adalah taman Firdaus.
Membahasnya adalah bagian dari Jihad.
Mengajarkannya adalah Tasbih.
Menyampaikannya kepada orang yang tidak tahu adalah Shadaqah.
Mencurahkannya kepada orang yang berhak menerimanya adalah Qurban
( Mu’adz bin Jabal RA )
Nabi Sulaiman saja sudi belajar pada semut dan burung hud hud
Tidak perlu membedakan antara ilmu duniawy atau ilmu ukhrawy
Seorang mukmin sejati adalah bagaikan kuda yang tangkas dalam menyelesaikan persoalan dunia, dan menjadi ahli ibadah yang tekun dalam menyiapkan bekal untuk akhirat.
Sudah saatnya kita cemburu kepada orang yang selalu bercumbu dengan ilmu, berteman intim dengan kitab suci, bergelimang dengan ibadah dan bermesraan dengan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar