HIKMAH MENGETAHUI SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi wabarakaatuh!
MENGHINDARI KESALAHAN DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN
Hikmah yang terkandung dari mengetahui asbaabun nuzul adalah menghindari kesalahan memahami ayat-ayat Al-Qur’an, karena ada diantara ayat-ayat itu yang mengandung makna lain dari makna yang tertulis, apa lagi ayat ayat yang merespon dari suatu peristiwa, sebagai contohnya pada suatu ketika’Urwah bertanya kepada ‘Aisyah:”Bagaimana pendapatmu tentang firman Allah dalam surat 2; al-Baqarah ayat 158:
۞ إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَاۤىِٕرِ ٱللَّهِۖ فَمَنۡ حَجَّ ٱلۡبَیۡتَ أَوِ ٱعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَیۡهِ أَن یَطَّوَّفَ بِهِمَاۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَیۡرࣰا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِیمٌ
Artinya:”Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi’ar-syi’ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah maha Mensyukuri kebaikan lagi maha mengetahui”. Maka menurut pendapatku (kata ‘Urwah) ayat ini menegaskan orang yang tidak melakukan Sa’i antara Safa dan Marwah tidaklah berdosa”. Maka ‘Aisyah menjawab:”Sebenarnya pemahamanmu itu tidak benar hai anak saudariku. Karena ayat ini mengenai kaum Anshar. Sebelum masuk Islam mereka melakukan upacara keagamaan di tempat itu kepada berhala- berhala mereka, apa lagi mereka melakukan sa’i sambil mengusap berhala ‘asif yang ada di Safa dan berhala Nailah yang ada di Marwah. Maka mereka tidak mau lagi melakukan sa’i ditempat itu, takut dianggap masih menyembah berhala berhala yang ada di tempat itu. Dan karena sa’i itu adalah upacara mereka di zaman Jahiliyah”. Maka Allah menurunkan ayat di atas sebagai ketegasan bahwa walaupun kamu juga melakukannya di jaman jahiliah, maka tidak ada dosanya kamu melakukannya setelah Islam, asal saja tidak dengan niat menyembah berhala, dan sesuai dengan cara yang diajarkan oleh Nabi, karena mekaksanakan sa’i itu adalah merupakan rukun haji dan umrah, untuk mengenang sejarah Ibunya Nabi Isma’il yang berlari-lari kecil mencari air antara Safa dan Marwah untuk minum supaya lancar menyusui anaknya. Dan Subhanallah Allah memancarkan air di antara Safa dan Marwa sebagai tanda kasih sayangnya dimana sumber air itu sekarang dikenal dengan sumur Zam-zam.
Di sini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa manasik haji yang dilakukan pada masa jahiliyah, masih dilakukan dalam Islam, tetapi dengan merobah cara pelaksananannya. Orang orang Anshar pada mulanya enggan melakukan sa’i karena biasanya dilakukan dengan mengusap berhala, tetapi Allah menjelaskan tidak ada dosanya sa’Ii itu dilakukan tetapi tidak lagi dengan mengusap berhala, sesuai dengan sebab turunnya ayat ini. Kalau kita tidak mengetahui sebab turunnya ayat ini, maka pemahaman kita akan terbatas pada tidak ada dosa melakukan sa’i, yang berarti sa’i itu tidak mesti dilakukan. Padahal ia adalah termasuk rukun haji dan umrah. Maka setelah mengetahui sebab turun ayat ini pemahaman kita menjadi tidak ada dosanya melakukan sa’i asal saja maksudnya tidak untuk menyembah berhala. Seperti yang kamu lakukan pada zaman Jahiliyah.
Dengan demikian mengetahui sebab turunnya suatu ayat adalah cara terbaik untuk memahami isinya dan bisa menyingkap kesamaran yang tersembunyi di dalamnya. Ibnu Taimiyah menyatakan:”Mengetahui sebab turunnya ayat akan membantu dalam memahami ayat , karena mengetahui sebab akan mengantarkan kita untuk mengetahui akibatnya”.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada para Ulama yang telah berjasa mengumpulkan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dan semoga kita yang mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an selalu dipelihara oleh Allah dari pemahaman pemahaman yang menyimpang sehingga kita selamat dari jalan yang sesat.
Di sini kita bisa mengambil pelajaran, bahwa manasik haji yang dilakukan pada masa jahiliyah, masih dilakukan dalam Islam, tetapi dengan merobah cara pelaksananannya. Orang orang Anshar pada mulanya enggan melakukan sa’i karena biasanya dilakukan dengan mengusap berhala, tetapi Allah menjelaskan tidak ada dosanya sa’Ii itu dilakukan tetapi tidak lagi dengan mengusap berhala, sesuai dengan sebab turunnya ayat ini. Kalau kita tidak mengetahui sebab turunnya ayat ini, maka pemahaman kita akan terbatas pada tidak ada dosa melakukan sa’i, yang berarti sa’i itu tidak mesti dilakukan. Padahal ia adalah termasuk rukun haji dan umrah. Maka setelah mengetahui sebab turun ayat ini pemahaman kita menjadi tidak ada dosanya melakukan sa’i asal saja maksudnya tidak untuk menyembah berhala. Seperti yang kamu lakukan pada zaman Jahiliyah.
Dengan demikian mengetahui sebab turunnya suatu ayat adalah cara terbaik untuk memahami isinya dan bisa menyingkap kesamaran yang tersembunyi di dalamnya. Ibnu Taimiyah menyatakan:”Mengetahui sebab turunnya ayat akan membantu dalam memahami ayat , karena mengetahui sebab akan mengantarkan kita untuk mengetahui akibatnya”.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada para Ulama yang telah berjasa mengumpulkan riwayat-riwayat yang berhubungan dengan sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dan semoga kita yang mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an selalu dipelihara oleh Allah dari pemahaman pemahaman yang menyimpang sehingga kita selamat dari jalan yang sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar