MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian XII /dua belas)
CARA NABI MENGAJARKAN AL-QUR’AN KAPADA PARA SAHABAT
MENGHASILKAN PARA PENGHAFAL AL-QUR’AN DAN SEKRETARIS WAHYU.
Rasulullah SAW sangat menyukai turunnya wahyu yang diturnkan melalui malaikat Jibril secara bertahap yang memakan waktu 23 tahun. Setiap kali turunnya wahyu, malaikat mengajarkan kepada nabi sampai nabi menguasainya dengan sebaik-baik penguasaan. Setelah malaikat Jibril pergi maka Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan mengajarkan kepada mereka wahyu yang diterimanya dari malaikat Jibril itu dalam bentuk hapalan, sampai mereka menghapalnya dengan benar dan tepat, menyajarkan dengan cara menghapalkan itu dilakukan karena sebahagian besar para Sahabat tidak pandai menulis dan membaca. Dan Alhamdulillah generasi sahabat diciptakan oleh Allah sebagai generasi yang sangat kuat daya menghapalnya. Sehingga rata rata mereka mampu menghapal ayat-ayat yang yang turun dari waktu ke waktu yang jumlahnya sekali turun itu berkisar lima sampai sepuluh ayat. Dan begitu Al-Qur’an selesai turun semuanya maka rata rata mereka sudah menghapal seluruhnya atau sebahagian besar dari Al-Qur’an itu. Ada tujuh orang sahabat yang paling terkenal diantara mereka yang telah menghapal seluruh Al-Qur-an yang diakui oleh nabi ketepatan bacaannya yaitu, Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qil maula abi Huzaifah, Mu’az bin Jabal, Ubayya bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda’. Sedangkan keempat khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali juga temasuk yang hafal Al-Qur’an, dalam perang yamamah diperkirakan 70 orang penghapal Qur’an yang terbunuh dan dalam peristiwa pengkhianatan bi’ru maunah juga terbunuh 70 orang guru penghapal Al-Qur,an. Dengan demikian ketika Al-Qur’an diturunkan dia langsung disimpan dan terkumpul di dalam dada para sahabat nabi, yang selalu dibaca pada setiap shalat di Masjid dan setiap hari di rumah mereka masing-masing terutama pada malam hari setiap rumah mengumandangkan alunan yang merdu dari kitab suci Al-Qur’an.
Setelah Rasulullah selesai mengajari para sahabat sampai hapal dengan benar, maka Rasulullah memerintahkan kepada sahabat yang bisa menulis untuk menuliskan ayat-ayat yang sudah dihapal itu. Menulis itupun tidak pada kertas karena kertas sangat sulit di dapat, apa lagi kebanykan mereka memang tidak terbiasa menulis dan membaca. Maka sebagai alternatifnya ayat-ayat itu harus ditulis pada sesuatu apa saja yang mungkin dijadikan tempat menulis, maka merekapun menuliskan ayat-ayat itu pada Kulit binatang, kulit kayu, daun dan pelepah korma, tulang, dan kayu yang tipis. Dengan menulis ayat ayat yang sudah dihapal itu, hapalan yang menulis menjadi semakin mantap. Setelah mereka menulisnya maka mereka menyimpannya di tempat yang dianggap aman. Para sahabat yang sering menulis wahyu itu dinamakan Kaatib (kalau banyak disebut kuttaab) yang berarti penulis atau para penulis atau disebut juga sekretaris wahyu. Sedangkan para penghapal disebut haafiz (kalau banyak disebut Huffaaz). Diantara para sahabat yang terkenal sebagai penulis atau sekretaris wahyu itu adalah Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, Ubayya bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit.
Begitulah cara nabi mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabatnya, sehingga ketika beliau wafat seluruh ayat Al-Qur’an telah dihapal dengan baik, saling diajarkan satu sama lain dan telah ditulis oleh para sekretaris wahyu.
Pertanyaannya sekarang apakah kita mau berusaha menjadi sebaik-baik manusia, yaitu orang-orang yang selalu belajar Al-Qur’an dan setelah dia menguasainya dia ajarkan kepada orang lain. Semoga Allah meninggikan derajat kita disebabkan kecintaan kita kepada kitab Mu’jizat ini. Siapa yang hatinya menyimpan ayat-ayat Al-Qur’an samalah dia memiliki mu’jizat yang sangat luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar