Kamis, 08 Oktober 2015

MUNASABAH ; KORELASI ANTAR AYAT DI DALAM AL-QUR’AN

MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian XXV / dua puluh lima)
MUNASABAH
KORELASI ANTAR AYAT DI DALAM AL-QUR’AN
Assalaamu'alaikum warahmatulllaahi wabarakaatuh

Yang dimaksud dengan munasabah ialah sebuah konsep di dalam Ulum al-Qur’an yang membahas tentang pemahaman makna ayat secara komprehensif dengan menghubungkan antara ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, antara pembuka ayat dan penutup ayatnya, dan antara ayat dengan nama surah yang menjadi tema sentralnya.

Munasabah menurut bahasa berarti keserasian antara satu sama lain dan kedekatan . Munasabah menurut Istilah adalah keterkaitan antara satu ayat atau surat dengan ayat atau surat yang lain yang akan melahirkan pemahaman yang tidak bisa dipisah antara satu sama lain.
Quraish Shihab sependapat dengan As-Suyuthi, yang menyatakan bahwa munasabah adalah keserupaan atau kedekatan di antara berbagai ayat, surat dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antar ayat, dan macam-macam hubungan, atau kemestian dalam pikiran.
Apa bila suatu ayat sulit ditangkap maknanya secara utuh, maka menurut metode munasabah ini mungkin dapat dicari penjelasannya di ayat atau surat lain yang mempunyai kesamaan atau kemiripan, Karena Pemahaman ayat secara parsial (tanpa melihat ayat yang lain) sangat mungkin akan menyebabkan kekeliruan. Fazlurrahman mengatakan :”Apa bila seseorang ingin memperoleh apresiasi yang utuh mengenali Al-Qur’an, makla ia harus dipahami secara terkait antara satu sama lain”.
Asy-Syatibi menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangan pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surat, atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian akan ada yang terabaikan dari maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.
Sebagai contoh surat Alfatihah ayat enam dimana kita meminta agar ditunjuki kepada shirathal mustaqim (jalan yang lurus) akan menjadi mudah dipahami dengan ayat tujuh yang menjelaskan bahwa maksud jalan lurus itu adalah seperti jalan orang-orang sebelumkita yang diberi nikmat (karena imannya) oleh Allah, bukan seperti jalan orang-orang yang telah merasakan murka Allah (karena kekafirannya) dan bukan pula seperti jalan orang yang sesat (kerena kemunafikannya)
Yang dimaksud dengan orang yang bertaqwa dalam surat al-Baqarah ayat 2 ditemukan dalam ayat 3 dan 4 Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menginfakkan sebahagian harta, beriman kepada kitab Al-Qur’an dan kitab yang diturunkan sebelumnya, serta beriman kepada hati akhirat.
Lalu kita melihat indahnya hubungan antara akhir surat al-Fatihah dengan awal surat al-Baqarah, bahwa katata an’amta ’alaihim dijelaskan oleh ayat 2-5, kata al-maghdhuubi ’alaihim dijelaskan oleh ayat 6 dan 7 , sedangkan kata adh-dhallin dalam surat al-Fatihah dijelaskan oleh ayat 8-20 dari surat al-Baqarah.
Pembuka Surat 23; al-Mukminuun adalah Qad Aflahal Mukminuun (Sungguh beruntung orang-orang yang beriman) sedangkan penutupnya adalah Innahuu laa yuflihul kaafiruun (sesungguhnya orang-orang kafir tidak pernah beruntung).
Munasabah bisa terjadi dalam berbagai bentuk antara lain :
a. munasabah antara satu ayat dengan ayat yang sebelumnya atau ayat yang sesudahnya.
b. Munasabah antara satu surat dengan surat yang sebelumnya atau sesudahnya.
c. Munasabah antara satu ayat dengan ayat lain yang terletak pada tempat yang terpisah-pisah.
d. Munasabah antara nama surat dengan beberapa ayat yang terdapat dalam surat tersebut.
e. Munasabah antara pembuka dan kandungan sebuah surat.
f. Munasabah antara awal dan akhir sebuah surat.
g. Munasabah antara penutup satu ayat dan isi ayat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar