MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian XVI /enam belas)
ASBAABUN NUZUL . SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN
LATAR BELAKANG HISTORIS DAN PEMECAHAN MASALAH
Al-Qur’an diturunkan untuk membimbing manusia kepada tujuan yang jelas dan jalan yang lurus dengan menegakkan kehidupan yang berdasarkan keimanan yang benar dan amal yang baik serta budi yang luhur, serta mengajarkan untuk menyikapi sejarah masa lalu dan persiapan untuk menghadapi masa depan, baik masa depan di dunia, ataupun masa depan di akhirat.
Selama masa 23 tahun turunnya Al-Qur’an sebagai pedoman perobahan menuju hidup yang benar , memecahkan banyak sekali masalah yang mereka hadapi dan menjawab pertanyaan pertanyaan yang mereka ajukan. Peristiwa-pristiwa dan pertanyaan-pertanyaan yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an tersebut disebut dengan Asbaabun nuzul atau sebab-sebab turunnya Al-Qur-an.
Di dalam bahasa Arab Kata Asbaab adalah bentuk jamak (yang berarti banyak) dari kata sebab, sedangkan kata nuzul berarti turun. Jadi asbaabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya (ayat-ayat Al-Qur’an). Namun demikian tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai asbabun nuzul. Hanya sebahagian saja yang mempunyai asbaabun nuzul yaitu ayat-ayat yang turunnya disebabkan adanya peristiwa yang harus direspon dan ayat-ayat yang diturunkan untuk menjawab pertanyaan.
Menurut Shubhi Shalih dalam bukunya Mabaahits fii ‘Uluumil Qur’an menjelaskan bahwa:” asbaabun nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun satu ayat atau beberapa ayat yang berhubungan dengan peristiwa sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukum yang berhubungan dengan sebab itu”.
Secara garis besar sebab-sebab turun itu berkisar pada dua hal:
Pertama, untuk merespon peristiwa yang terjadi. Jika terjadi suatu peristiwa, maka turunlah ayat Al-Qur’an mengenai peristiwa itu, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas:”Ketika turun ayat:”Dan peringatkanlah kerabat-kerabatmu yang terdekat” (Q.S. 26;asy-Syu’araa’ ayat 214) nabi keluar dan naik ke bukit Shafa, lalu berseru:”Wahai kaumku”. Maka mereka berkumpul ke dekat Nabi. Beliau berkata lagi:”Bagaimana pendapat kamu bila aku beritahukan kepada kamubahwa dibalik gunung ini ada sepasukan berkuda yang hendak menyerang kamu, percayakah kamu apa yang aku katakan?” Mereka Menjawab:”Kami belum pernah melihat engkau berdusta”. Nabi melanjutkan:”Aku memperingatkan kamu tentang siksa yang pedih”. Ketika itu Abu Lahab berkata:”Celakalah engkau, apakah engkau mengumpulkan kami hanya untuk urusan ini?”. Lalu ia berdiri. Maka turunlah surat 111; al-Lahab yang merespon dan menjawab pernyataan Abu Lahab tadi yang artinya:”Celakalah kedua tangan Abulahab dan celakalah ia. Tidak akan bermanfaat baginya harta dan apa yang ia usahakan. Kelak ia akan memasuki api neraka yang menyala-nyala. Sedangkan Isterinya adalah pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali sabut yang dipintal”.
Kedua, untuk menjawab pertanyaan. Bila Nabi ditanya tentang suatu hal, maka turunlah ayat untuk menjawabnya. Seperti pertanyaan yang diajukan oleh Khaulah bin Tsa’labah yang dizihar(dianggap sama dengan ibunya sendiri, sehingga dia tidak menggaulinya sebagai isteri) oleh suaminya, Aus bin Tsamit. Ia mengadu kepada Radulullah dengan mengatakan:”Wahai Rasulullah, suamiku telah menghabiskan masa mudaku, dan sudah beberapa kali aku mengandung anaknya, setelah aku menjadi tua dan tidak beranak lagi ia menjatuhkan zihar kepadaku! Ya Allah sesungguhnya aku mengadu kepadamu” Aisyah berkata:”Tiba-tiba Jibril turun membawa ayat-ayat dari Surat 58; al-Mujaadilah ayat 1 dan seterusnya, yang artinya:”Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengadu tentang suaminya…” di mana ayat-ayat ini menjelaskan tentang hukum zihar dan denda yang harus dibayar oleh suami yang menarik kembali pernyataan ziharnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar