MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian XXI / dua puluh satu)
ASBAABUN NUZUL . SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN
ASBAABUN NUZUL . SEBAB-SEBAB TURUNNYA AL-QUR’AN
II.B. DISEBABKAN ADANYA PERTANYAAN AKTUAL, KONTERMPORER DAN UP TO DATE
Selama 23 tahun turunnya Al-Qur’an tentu banyak sekali kejadian-kejadian yang harus diselesaikan oleh Nabi , apalagi Nabi harus merobah seluruh sisi kehidupan mereka dari jahiliyah menjadi Islam yang baik, sebahagian pertanyaan-pertanyaan mereka ada yang langsung dijawab oleh Nabi, dan ada pula yang dijawab dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.
Beberapa pertanyaan yang dijawab oleh Al-Qu’ran itu adalah:
Diriwayatkan dari Abu Nu’aim dan Ibnu ‘asakir dari Ibnu Abbas , bahwa Mu’az bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghunamah bertanya kepada Rasulullah SAW:” Ya Rasulallah, mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya”. Dan ada pula yang menanyakan:” untuk apa diciptakan bulan sabit?”. Maka turunlah surat 2 Al-Baqarah ayat 189:
Selama 23 tahun turunnya Al-Qur’an tentu banyak sekali kejadian-kejadian yang harus diselesaikan oleh Nabi , apalagi Nabi harus merobah seluruh sisi kehidupan mereka dari jahiliyah menjadi Islam yang baik, sebahagian pertanyaan-pertanyaan mereka ada yang langsung dijawab oleh Nabi, dan ada pula yang dijawab dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.
Beberapa pertanyaan yang dijawab oleh Al-Qu’ran itu adalah:
Diriwayatkan dari Abu Nu’aim dan Ibnu ‘asakir dari Ibnu Abbas , bahwa Mu’az bin Jabal dan Tsa’labah bin Ghunamah bertanya kepada Rasulullah SAW:” Ya Rasulallah, mengapa bulan sabit itu mulai timbul kecil sehalus benang, kemudian bertambah besar hingga bundar dan kembali seperti semula, tiada tetap bentuknya”. Dan ada pula yang menanyakan:” untuk apa diciptakan bulan sabit?”. Maka turunlah surat 2 Al-Baqarah ayat 189:
۞ یَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَهِلَّةِۖ قُلۡ هِیَ مَوَ ٰقِیتُ لِلنَّاسِ وَٱلۡحَجِّۗ وَلَیۡسَ ٱلۡبِرُّ بِأَن تَأۡتُوا۟ ٱلۡبُیُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَـٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنِ ٱتَّقَىٰۗ وَأۡتُوا۟ ٱلۡبُیُوتَ مِنۡ أَبۡوَ ٰبِهَاۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ
Diriwayatkan oleh Turmizi dari Anas bahwa orang-orang Yahudi, dimana pada masa jahiliyah mereka tidak mau mendekati isteri mereka dan tidak mau makan bersama-sama dengan mereka, bahkan mengasingkannya dari rumah mereka ketika isteri mereka sedang haiidh, lalu mereka bertanya kepada Rasulullah tentang haidh. maka Allah menurunkan Surat2 ; al-Baqarah ayat 222:
وَیَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡمَحِیضِۖ قُلۡ هُوَ أَذࣰى فَٱعۡتَزِلُوا۟ ٱلنِّسَاۤءَ فِی ٱلۡمَحِیضِ وَلَا تَقۡرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ یَطۡهُرۡنَۖ فَإِذَا تَطَهَّرۡنَ فَأۡتُوهُنَّ مِنۡ حَیۡثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ یُحِبُّ ٱلتَّوَّ ٰبِینَ وَیُحِبُّ ٱلۡمُتَطَهِّرِینَ
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim dari Sa’id bin Jubair, bahwa Adi bin Hatim ath-Thaaiy dan Zaid bin Muhalhal ath-Thaaiy bertanya kepada Rasulullah SAW:”Kami adalah tukang berburu dengan anjing, dan anjing suku Dzarih pandai berburu sapi, keledai dan kijang. Sedangkan Allah telah menghararamkan bangkai. Maka apa yang halal bagi kami dari hasil buruan itu?. (karena hasil buruan itu tentu saja ada yang mati sebelum disemblih dan anjing adalah binatang yang haram untuk dimakan apakah kami boleh memakan hasil tangkapannya?)”. Maka untuk menjawabnya turunlah surat 5; al Maaidah ayat 4:
یَسۡـَٔلُونَكَ مَاذَاۤ أُحِلَّ لَهُمۡۖ قُلۡ أُحِلَّ لَكُمُ ٱلطَّیِّبَـٰتُ وَمَا عَلَّمۡتُم مِّنَ ٱلۡجَوَارِحِ مُكَلِّبِینَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ ٱللَّهُۖ فَكُلُوا۟ مِمَّاۤ أَمۡسَكۡنَ عَلَیۡكُمۡ وَٱذۡكُرُوا۟ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَیۡهِۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِیعُ ٱلۡحِسَابِ
Artinya:”Mereka bertanya kepadamu, :”apakah yang dihalalkan bagi mereka?”. Katakanlah :”Dihalalkan bagi kamu yang baik-baik dari (hasil buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajari dengan melatihnya untuk berburu, Kamu mengajarinya menurut apa yang diajarkan oleh Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah ketika kamu melepaskannya untuk mengejar buruannya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitunyan-Nya”.
Subhanallah, Alangkah luasnya cakupan ilmu yang terkandung dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an, semua pertanyaan yang diajukan selalu mendapatkan jawaban yang tepat dan diakui oleh para ahli dalam bidangnya masing-masing. Maka alangkah berbahagianya orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan ilmunya. Apa lagi Allah telah berjanji kepada orang yang memegang teguh pelajaran-pelajaran dari Al-Qur’an akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Sedangkan orang orang yang melepaskan ilmu yang dipelajarinya dari Al-Qur’an, akan diikuti oleh syetan langkah-langkahnya, lalu ia memperturutkan hawa nafsunya dan menjadi hamba dunia, orang seperti ini diibaratkan oleh Allah bagaikan Anjing penjilat yang mau menuruti apa saja yang diperintahkan oleh tuannya. Atau bagaikan binatang ternak yang tak punya akal pikiran, berhati tapi tak merasa, bermarta tapi tak bisa melihat, dan bertelinga tapi tak bisa mendengar ( baca surat 7; al A’raaf ayat 176 dan 179).
Semoga kita termasuk orang yang berpri kemanusiaan karena belajar dari Al-Qur’an, dan tidak terjatuh ke lembah kebinatangan yang setiap saat hanya memenuhi kebutuhan hawa nafsu perut dan syahwatnya tanpa ada rasa malu.
Subhanallah, Alangkah luasnya cakupan ilmu yang terkandung dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an, semua pertanyaan yang diajukan selalu mendapatkan jawaban yang tepat dan diakui oleh para ahli dalam bidangnya masing-masing. Maka alangkah berbahagianya orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan ilmunya. Apa lagi Allah telah berjanji kepada orang yang memegang teguh pelajaran-pelajaran dari Al-Qur’an akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya. Sedangkan orang orang yang melepaskan ilmu yang dipelajarinya dari Al-Qur’an, akan diikuti oleh syetan langkah-langkahnya, lalu ia memperturutkan hawa nafsunya dan menjadi hamba dunia, orang seperti ini diibaratkan oleh Allah bagaikan Anjing penjilat yang mau menuruti apa saja yang diperintahkan oleh tuannya. Atau bagaikan binatang ternak yang tak punya akal pikiran, berhati tapi tak merasa, bermarta tapi tak bisa melihat, dan bertelinga tapi tak bisa mendengar ( baca surat 7; al A’raaf ayat 176 dan 179).
Semoga kita termasuk orang yang berpri kemanusiaan karena belajar dari Al-Qur’an, dan tidak terjatuh ke lembah kebinatangan yang setiap saat hanya memenuhi kebutuhan hawa nafsu perut dan syahwatnya tanpa ada rasa malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar